-
Sdrmn, di/pada Juni 25th, 2008 pada 3:23 am
wah bagus juga pak..jadi gak susah n rumit
Jawab: Alhamdulillah jika ini bermanfaat
-
guspur, di/pada Juni 29th, 2008 pada 4:22 pm
KOK SAYA GK BISA PAK, PERTAMA2 TARUH POINTER DISEL, TRUS TULIS RUMUSNYA DI BAR RUMUSKAN, TP KOK GK BISA PAK?? PLS GMNA CARANYA
Jawab:
Kemungkinan tidak bisa, ada beberapa sebab:
1. Dalam membuat rumus, harus diawali tanda = atau tanda + atau tanda – (kalau ingin hasilnya negatif). Kalau itu tidak ada, Excel menganggap itu bukan rumus
2. Tidak boleh ada spasi dalam rumus. Kalau ada spasi, Excel menyatakan ada error dalam rumus
3. Perhatikan dalam rumus untuk mencari t-tabel, pemisah antara angka probabilita dengan derajat bebasnya adalah koma, bukan titik. Demikian juga pada f-tabel, pemisah antara probabilita dengan derajat bebas pertama adalah koma, dan pemisah derajat bebas pertama dengan kedua juga koma.
4. Kadang-kadang setingan waktu menginstal Excel pada masing-masing komputer, bisa saja berbeda. Titik dianggap koma dan koma dianggap titik. Jadi kalau sudah dicek ketiga kesalahan diatas, ternyata masih juga tidak bisa. Coba ganti rumus tersebut. Titiknya jadikan koma dan komanya jadikan titik.
Silakan dicoba lagi.
-
guspur, di/pada Juni 29th, 2008 pada 5:23 pm
mkasih pak dah bisa , trnyataa kurang tanda =, ok trims
Jawab: Ya, kembali. Barusan saya postkan jawabannya.
-
norkuys, di/pada Agustus 7th, 2008 pada 8:35 am
ada tips untuk uji hipotesa dua beda rata-rata ga pak,
terimakasih
Jawab: Di Excel ada fungsi untuk uji hipotesa dua rata-rata. Coba Klik Option, Data Analysis. Disitu ada empat pilihan yaitu t-test untuk dua sampel berpasangan, t-test untuk dua sampel dengan asumsi varians populasi tidak sama, t-test untuk dua sampel dengan asumsi varians sama, dan z-test jika varians populasi diketahui. Sayangnya saya belum sempat membahasnya. Mudah-mudahan ada waktu kedepan untuk membahas topik ini.
-
fitri, di/pada Februari 15th, 2009 pada 7:43 am
kok tetep g bisa se pak?
Jawab: Coba lihat jawaban saya ke guspur (diatas). Mungkin ada kesalahan yang dibuat
-
Adhi, di/pada Maret 24th, 2009 pada 1:19 am
pak untuk angka 9 itu diperoleh drai mana pak?
soalnya saya ada buku r-tabel dengan N=15 dan taraf signifikansi 95% hasil yang diperoleh R-tabel = 0,514 yang saya bingungkan itu rumusnya gimana pak, soalnya dibuku yang sya baca tidak dicantumkan rumusnya jadi langsung r-tabel sekian gitu? makasih pak sebelumnya
Jawab: tingkat/taraf signifikansi (level of significance) = α (alpha)
tingkat/taraf keyakinan (level of confidence) = 1 – α
Mungkin yang Sdr. maksud dengan 95% diatas adalah taraf keyakinan, sehingga taraf signifikansinya adal 5%.
Tulisan diatas membahas mengenai t dan F tabel, bukan R tabel.
Angka 9 adalah derajat bebas yang dihitung dari n-k, dimana n = jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel (bebas dan terikat). Misalnya jumlah observasi kita ada 12, variabel kita ada 3, maka db = 9.
Tabel t biasanya kita gunakan untuk pengujian koefisien regresi secara parsial, sedangkan tabel F biasanya kita gunakan untuk pengujian secara simultan.
-
ryl0, di/pada April 22nd, 2009 pada 9:34 am
makasih, kebuntuan saya terbuka
Jawab: Ya, sama-sama
-
Ahmad Fadlan, di/pada April 30th, 2009 pada 12:02 pm
Ass.Wr.Wb.
Saya mau tanya Pak, Gimana caranya menghitung :
1. F – tabel
2. t – tabel
3. r – tabel
saya menggunakan analisis regresi linear berganda dengan SPSS.12, tapi print outnya dari ke-3 item pertanyaan diatas tidak ada…. ? mudah_2an bisa membantu saya, mohon penjelasannya……THANK’S . Wass…..
Jawab: F tabel, t tabel dan r tabel memang tidak ada di printout SPSS. Coba lihat di lampiran buku-buku statistik. Disana ada. Tapi, saat ini kecenderungan peneliti dalam pengujian hipotesis adalah bukan membanding F,t hitung dengan F,t tabel. Kecenderungannya adalah membandingkan nilai p-value dengan alpha
-
bagus, di/pada Juni 12th, 2008 pada 2:17 pm
hemm
mmm i thing i found another way
more simply
hi..hi…,but any way thank to information on your blog Sir
nice to read it
Jawab: Banyak jalan menuju Roma, Mas.
Salah satunya, pada tahap ketiga. Kita tidak perlu mengklik (meletakkan kursor) ke sesudah tanda = dari fungsi MINVERSE. Cukup blok sel worksheet sebanyak 3 x 3 (dalam kasus kita). Kemudian tekan F2 dan selanjutnya tekan tombol CTRL SHIFT ENTER secara bersamaan.
Jika ada cara lain yang lebih sederhana, mari kita saling berbagi di forum ini. Trims, komentarnya (Junaidi)
-
Haryo, di/pada Maret 7th, 2009 pada 3:40 pm
ada cara yang sering saya gunakan. menggunakan FUNGSI INDEX
misalnya kita akan melakukan inverse
2 6 8
3 7 6
6 4 1
kita siapkan di excel nomer baris dan kolom (dperlukan untuk fungsi INDEX)
a b c d
___________________________________
1 | 1 2 3
2 | 1 2 6 8
3 | 2 3 7 6
4 | 3 6 4 1
5 |
6 | 1 2 3
7 | 1
8 | 2
9 | 3
letakkan di cell b7 rumus ini =INDEX(MINVERSE($B$2:$D$4),$A7, B$6)
kemudian copy paste ke semua cell dari B7 sampai D9
$B$2:$D$4 menunjukkan letak matriks yang akan diinvers
$A menunjukkan posisi baris
B$ menunjukkan posisi kolom
mula-mula memang kelihatannya ribet, namun kalau sudah terbiasa akan menjadi mudah
Jawab: Terima kasih atas sharing ilmunya Mas. Sangat bermanfaat bagi saya. Mudah-mudahan juga bagi pengunjung yang lainnya. Sering-sering mampir.
-
ERI YENIS, di/pada April 21st, 2009 pada 4:44 pm
saya berterima kasih…. karena saya lagi cari- cari bagaimana cara invers matriks dengan excel eh… akhir ketemu makasi ya pak……..
Jawab: Ya, sama-sama. Selamat belajar ya. Salam untuk orang Payakumbuh
-
arief, di/pada Juni 24th, 2008 pada 11:17 am
alhamdulillah
terima kasih atas ilmunya Pak
ini dia yang saya cari2
Jawab: Alhamdulillah. Semoga ini bermanfaat
-
deva, di/pada Juli 21st, 2008 pada 6:20 am
saya mau tanya donk,
saya sdg menysun skripsi n di dlamnya saya menggunkaan instrument penelitian berupa kuesioner.
skripsi saya bersifat penelitian kualitatif, tentang pemeriksaan operasional.
Dalam kuesioner saya menggunakan skala likert tapi dilengkapi dengan data interval, sperti pilhan jwaban 1 = tidak ada(0%), 2 = ada dan sangat tidak baik (0-33,33%), 3 ada dan kurang baik (33,33-66,66%), 4 = ada dan baik (66,66-99,99%), 5 = ada dan sangat baik (100%).
yang saya mau tanyakan, apakah skala tersebut bisa dikategorikan dalam skala likert??
dan apakah skala sperti itu diijinkan dlaam kuesioner??
terima kasih banyak yah…
Jawab:Skala Likert merupakan skala pengukuran sikap yang dikembangkan oleh Rensis Likert tahun 1932 untuk mengukur intensitas sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu objek tertentu. Dalam skala Likert, untuk mengukur variabel, terlebih dahulu dikembangkan indikator-indikator variabel. Indikator-indikator tersebut, kemudian dijadikan dasar menyusun item-item instrumen dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan.
Berdasarkan hal tersebut, maka sebenarnya penelitian yang Deva lakukan bukanlah menggunakan skala Likert. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah, kalau Deva bisa mendapatkan data dalam bentuk persentase tersebut, maka pertanyaan kuesionernya sebaiknya dalam bentuk pertanyaan terbuka saja, sehingga kita bisa mendapatkan data dengan skala interval. Jadi jangan dikelompokkan seperti itu (yang akhirnya menjadi data ordinal). Kenapa ? Karena semakin tinggi skala pengukuran, semakin baik ketepatan pengukuran terhadap suatu objek. Jadi, jangan mubazirkan data, dengan merubah dari interval ke ordinal.
-
deva, di/pada Juli 22nd, 2008 pada 3:32 am
Kuesioner saya kan bersifat kualitatif, n awalnya saya memamg ingin pakai skala likert dengan data ordinal saja, tapi untuk meneguhkan dan memberi jarak antara pilihan yg satau dgn yg lainnya saya tambahkan dengan interval persentase sperti itu. tapi memang saya jg rgu degn hal itu, saya tdk punya dasarnya.
nah, kalau saya cukup pakai skala likert dgn data ordinal saja (1-5)sudah cukup baik dan akurat ga yah??
terima kasih banyak
Jawab:Menurut saya, cukup dengan skala likert saja. Nah, untuk mengetahui kebaikan dan keakuratan data, sebaiknya lakukan pengujian-pengujian statistik seperti uji validitas dan reabilitas.
-
Reza, di/pada Juli 25th, 2008 pada 8:29 am
Terimakasih banyak atas petunjuknya pak, tadinya saya juga bingung bagaimana caranya mengerjakan MSI di excel.
Oh iya, bisakah bapak menuliskan arti rumus yang ditulis di setiap langkah di atas?
misalnya apa arti NORMSINV di step 8, kenapa ada PI dan EXP di step 9, arti dari ABS di step 10.
jadi yang baca bisa mengerti lebih banyak lagi soal MSI di Excel.
Terimakasih sekali lagi
Jawab: Terimakasih kembali. Penjelasannya silakan lihat pada tulisan Penjelasan Tahap Transformasi Data Ordinal ke Interval dengan Excel. (Junaidi)
-
rio, di/pada Juli 29th, 2008 pada 6:32 pm
pak blh ga membuat tahap-tahap mengubah data ordinal ke interval dengan menggunakan excel?pak saya sudah mencoba menggunakan add-ins dimana data tersebut klo diuji.thax
Jawab: Boleh saja. Coba lihat dua tulisan saya di blog ini mengenai transformasi data ordinal ke interval dengan Excel. Add-ins yang mana ? Saya kurang mengerti pertanyaannya. (Junaidi)
-
Junaidi, di/pada Juli 30th, 2008 pada 4:31 am
Bagi yang sudah sempat mengaplikasikan rumus-rumus dalam tulisan ini, mohon maaf. Ada sedikit salah pengetikan yang mungkin membuat bingung. Di tulisan di atas sudah saya perbaiki yaitu:
– Pada tahap 1, pengetikan data dimulai pada sel A17 bukan A16 seperti yang tertulis sebelumnya.
– Pada tahap 8, copy rumus seharusnya hanya sampai F7, bukan F8 seperti yang tertulis sebelumnya
– Pada tahap 9, copy rumus seharusnya hanya sampai G7, bukan G8 seperti yang tertulis sebelumnya
-
Fadli Reza, di/pada Agustus 3rd, 2008 pada 12:40 pm
Wah terimakasih banyak atas koreksinya pak…
tadinya saya bingung kenapa perhitungannya selalu error kalau datanya diatas 30.
-
Erlangga Putra, di/pada Agustus 6th, 2008 pada 7:21 pm
Salam kenal pak Junaidi.Pak saya sangat berterima kasih,karena metode transformasi data ord ke intrvl dalam blog ini sangat bermanfaat sekali bagi saya.
Hanya ada beberapa pertanyaan mengenai MSI di excel:
Bila hanya 2 skala yang terpilih oleh responden dari 5 skala pilihan apakah masih dapat dihitung?,karena menurut tulisan bpk minimal harus ada satu nilai pada skala setiap skala tersebut,benar ga pak?.Sedangkan hsl dr kuesioner yg sy sebarkan ada beberapa responden yg memilih d skala 3 dan 4, sedangkan 1,2,nya kosong.menurut bpk bgmn?
terima kasih…
Jawab: Maaf, agak lambat merespons. Kebetulan ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Mengenai ada kategori yang kosong, dalam tulisan saya sebelumnya memang tidak bisa dihitung. Tapi dalam tulisan berikut ini, saya sudah mengembangkan rumusnya sehingga bisa dihitung secara otomatis. Silakan lihat tulisan mengenai “Transformasi Data Ordinal ke Interval dengan Excel (Kasus Kategori Tidak Terisi). Mudah-mudahan bisa membantu.
-
netty herawaty, di/pada Agustus 16th, 2008 pada 4:45 am
Saya sangat tertarik dengan tulisan ini. Selama ini saya mengira kalau MSI itu adalah pengolahan dengan software statistik. Salut dech buat pak Jun.
Jawab: Terima kasih Bu, untuk salutnya. (Junaidi)
-
Sidik Permana, di/pada Nopember 19th, 2008 pada 8:16 am
Pa, terima kasih. saya sudah mencobanya. tulisannya mudah dimengerti. sekali lagi terima kasih banyak. tulisan Bapak memberi banyak manfaat untuk menyelesaikan skripsi saya.
-
putri, di/pada Januari 20th, 2009 pada 9:29 am
Pak, saya sedang mentransformasikan data ordinal ke interval. Di penelitian saya terdapat 3 variabel : X1, X2, dan Y.
Apakah untuk melakukan transformasi ordinal-interval harus dilakukan penghitungan satu-satu pervariabel atau bisa langsung transformasi 3 variabel sekaligus??
Karena kalo penghitungan ordinal-interval dilakukan terpisah pervariabel, berarti skala interval dari X1, X2, dan Y berbeda-beda dong pak?
Terimakasih atas pencerahannya.
Jawab: Ya, benar. Penskalaan dilakukan satu-satu pervariabel. Ya skala interval akan berbeda pada masing-masing variabel tergantung dari pencaran nilai variabel-variabel tersebut
-
yayat rukayat, di/pada Januari 29th, 2009 pada 2:31 am
Terima kasih
-
wahyu, di/pada Februari 27th, 2009 pada 2:06 am
Baru bbrp bulan ini saya menyentuh statistik … tertarik dengan MSI untuk TA saya. Saya ada sedikit pertanyaan terkait MSI. Dalam proses input data hasil transformasi berbentuk pecahan (misal 79,55 atau 72,45) yang merupakan total skor yang didapat dari jawaban tiap2 responden, pertanyaannya : apakah data yang akan diinput (harus) dibulatkan dulu (misal 79,55 >> 80; 72,45 >> 72) atau dibiarkan tetap sebagai pecahan dan langsung dilanjutkan ke proses analisis selanjutnya? Mohon pencerahan.. Terima kasih…
Jawab:Saya kurang mengerti maksudnya. Apa yang dimaksud dengan total skor tersebut? Apakah maksudnya sekelompok pertanyaan yang diajukan kepada responden, hasilnya dijumlah. Atau, pertanyaan yang sama yang diajukan kepada beberapa responden, kemudian hasilnya dijumlah.
Dalam MSI, input data kita adalah skor per pertanyaan per responden. Bukan total skor
-
eko, di/pada Februari 28th, 2009 pada 1:22 am
saya sedang mengerjakan peneltiaan melalui skala likert dengan rentang 3 skala (1 s.d. 3), berdasarkan buku yang saya baca, skala likert merupakan data ordinal. penelitian saya ingin mengetahui “hubungan budaya kerja dan motivasi kerja dengan peningkatan pelayanan” apakah saya perlu menaikkan tingkat pengukuran ordinal ke skala interval?
Jawab:Tergantung alat analisis yang digunakan. Kalau alat analisisnya mensyaratkan minimal harus data skala interval, ya, memang perlu ditransformasi ke skala interval. Kalau tidak, ya, tidak perlu. Tetapi, menurut saya, sebaiknya kalau data kita skala ordinal, pilih saja alat analisis yang sesuai dengan skala tersebut.
-
zuhri, di/pada Maret 25th, 2009 pada 3:37 am
pak, saya ingin menggunakan skala interval 1-10 untuk pengukuran sikap, adakah teorinya ??? dan apa nama skala itu??? soalnya,menurut teman saya (dalam skripsinya menggunakan skala interval 1-10) yang sedang nunggu wisuda, skala interval 1-10 itu merupakan pengembangan dari skala Likert, teman saya menyebut nama skalanya interscaling, apa benar ada??? terimakasih atas penjelasannya
Jawab:Maaf, saya belum pernah mendengar istilah interscaling. Skala likert yang diciptakan oleh Rensis Likert tahun 1930 an, aslinya memang 5 kategori, tetapi bisa saja dengan 10 kategori. Tetapi beberapa studi menemukan bahwa skala likert yang lebih dari tujuh kategori adalah terlalu banyak dan akan menyulitkan responden dalam menempatkan pilihannya.
-
Glen Masinambow, di/pada April 16th, 2009 pada 2:07 pm
pak, saya ingin menggunakan skala likert dalam skripsi saya…
dengan interval 1-5…….
tapi saya tidak perna menggunakan skala likert…..
saya inggin mengukur tingkat pengetahuan dan respon nelayan terhadap rehabilitasi hutan mangrove…..
bagaimana ya menganalisis datanya…???
mohon bantuan dong……..
Jawab:Kayaknya lebih sesuai jika anda menggunakan statistik non-parametrik untuk melihat keterkaitan variabel tersebut. Banyak cara pengukuran korelasi pada statistik non-parametrik yang bisa anda lihat dibuku-buku statistik non-parametrik
-
Vissy, di/pada April 20th, 2009 pada 8:53 am
Terima kasih artikelnya, pak.
Saya mau tanya, saya lagi bikin skripsi tentang pemilihan kriteria seleksi karyawan. Nah saya menggunakan skala likert kaya gini (soalnya merupakan pendapat managernya)
1=sangat tidak penting
2=tidak penting
3=berguna tetapi tidak terlalu penting
4=penting
5=sangat penting
kemudian saya kan mau cari kriteria yang mau dipilih pake rataan (mean) buat hipotesisnya, tapi likert adalah skala ordinal kan? Bisa ga dipake rataannya.
Saya liat skripsi punya senior, disana dia pake skala likert pas kuesioner tahap I buat cari peringkat kriteria kemudian pas mau di uji rataan, dia ambil lagi data pake kuesioner tahap II dengan skala
0-29=sangat tidak penting
30-39=tidak penting
40-49=biasa-biasa saja
50-69=penting
70-100=sangat penting
yang di atas ini berarti skala interval ya, pak? Apa begitu cara ubah skala likert (ordinal) ke skala interval? Dengan cari data lagi pake kuesioner tahap II. Saya bingung karena disitu ga ditulis berdasarkan buku apa.
Terima kasih sebelumnya, Pak.
Jawab:Apakah skala ordinal bisa dirata-ratakan ? Ini sudah menjadi perdebatan klasik diantara akademisi kita. Perdebatan tersebut terutama terkait dengan apakah data ordinal dapat diperlakukan seperti data interval ?
Ada yang menyatakan boleh, ada yang menyatakan tidak boleh. Ringkasan perdebatan tersebut, silakan klik tulisan ini Treating Ordinal Scales as Interval Scales: An Attempt To Resolve the Controversy
Posisi saya, berada diantara dua pendapat tersebut. Kalau tidak sangat terpaksa sekali, mengapa kita harus memperlakukan skala ordinal menjadi skala interval. Toh banyak, alat analisis statistik yang tersedia dan sesuai untuk skala ordinal tersebut.
Peralatan statistik yang umum dan sesuai dengan skala ordinal adalah peralatan statistik yang berbasiskan (berdasarkan) jumlah dan proporsi seperti modus, distribusi frekuensi, Chi Square dan beberapa peralatan statistik non-parametrik lainnya.
Cara merubah dari skala ordinal ke interval seperti yang disebutkan diatas, saya juga belum ketemu referensinya. Yang baru saya tahu hanya dengan metode MSI ini (catatan: ini revisi jawaban saya sebelumnya)
-
Dadang Zulfikar, di/pada April 28th, 2009 pada 12:55 pm
Assalamu’alaikum, Saya Dadang Zulfikar……Pak Jun saya sangat tertarik dengan tulisan bapak tentang transformasi data ordinal ke interval dengan Excel, saya sedang menyusun tesis tentang kepuasan nasabah..dgn variabel x1..x6, skala likert, menggunakan path analysis,jml responden 100, untuk mengukur tingkat kepuasan saya menggunakan kuesioner, masing masing responden mendapat 60 pernyataan dimana 30 buah pernyataan berupa harapan (expectation) atas pelayanan dan 30 buah pernyataan tentang tanggapan / yang dirasakan ( percieved). jadi datanya terdiri dari X1…X6 Expectasi(E) dan X1…X6 Percieved(P) serta variable Y (Kepuasan) yang di peroleh dari selisih antara variabel X Expectation dan variabel X Percieved) yang di tanyakan untuk variabel Y, apakah (E) di successive lalu (P) di successive terlebih dahulu kemudian di selisihkan dan hasilnya = Y, atau E – P = Y lalu hasilnya di transformasi ke data interval, atau bagaimanakah seharusnya mentransformasi ketiga data tersebut ? terima kasih..
Jawab:Kalau anda tanyakan pada beberapa orang lainnya, jawaban pertanyaan ini pasti akan sangat beragam, karena perbedaan pandangan mengenai memperlakukan data skala ordinal.
Kalau pendapat saya, skala ordinal, sesuai dengan sifatnya tidak boleh dioperasikan secara matematik dalam bentuk penjumlahan,pengurangan, perkalian,pembagian. Karenanya, menurut saya, sebaiknya seluruh data ordinal tersebut succesive kan terlebih dahulu, baru dilakukan operasi-operasi pengerjaaan matematik lainnya (tambah,kurang,kali,bagi dan lainnya).
-
Deni, di/pada April 29th, 2009 pada 10:34 am
Pak, apakah cara kerja MINITAB sama dengan cara kerja trnsformasi data dengan excel yg bapak jelaskan?
Jawab:Ya, sama
-
Rika, di/pada Mei 5th, 2009 pada 6:25 am
Salam kenal, pak.
Saya mau tanya, kita bisa ga menentukan bobot tiap kriteria dari hasil skala likert? Kalau bisa, dengan metode apa?
Terima kasih sebelumnya.
Jawab:Penentuan bobot untuk skala likert biasanya ditetapkan oleh peneliti dalam definisi operasional variabelnya. Agar penelitiannya bisa diperbandingkan, maka penetapan bobot tersebut dengan mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya yang senada dengan penelitian yang dilakukannnya.
-
Hadi Sugiyanto, di/pada Mei 7th, 2009 pada 1:59 pm
Salam hormat dan salam kenal untuk Bapak Junaidi
Saya sejak lama mencari program untuk menaikkan skala ordinal ke interval dan ternyata saya temukan di dalam artikel Bapak.
Hampir sama dengan pertanyaan saudara Erlangga Putra yaitu bagaimana dengan jawaban responden yang tidak memilih skala 1 dan 2 sehingga menjadi kosong. Sedangkan dalam contoh kasus di artikel bapak menunjukkan skala 3 dan 4 yang kosong.
Pertanyaannya adalah apakah rumus-rumus excel yang Bapak buat untuk skala 3 dan 4 yang tidak terkumpul datanya, apakah dapat digunakan juga pada skala 1 dan 2 yang tidak terisi.atau kosong ?
Setelah saya mencoba dengan rumus-2 di excel dalam artikel Bapak dan saya mencoba juga dengan cara manual untuk menaikkan skala ordinal ke interval dengan skala 1 dan 2 tidak terisi hasilnya ada perbedaan.
Perbedaannya hasilnya sebagai berikut :
Cara Manual Contoh kasus di Artikel
1 = 0 1 = 0
2 = 0 2 = 0
3 = 1 3 = 1
4 = 2.0499 4 = 2.3679
5 = 4.9896 5 = 3.6982
Demikian, saya mohon dengan hormat komentar Bapak atau memberikan solusi untuk saya karena saya sangat membutuhkan rumus ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih
Jawab:Rumus tersebut bisa dicobakan untuk kasus 1 dan 2 yang kosong. Dari pengamatan sekilas terhadap hasil manualnya, saya sedikit ragu. Terutama karena jarak antara skala 4 dan 5 yang terlalu jauh (hampir 3 yaitu dari 2,0499 – 4,9896). Dari beberapa latihan yang pernah saya coba, biasanya jaraknya tidak sampai 2 dari satu skala ke skala berikutnya. Kalau bisa, coba berikan pada saya berapa frekuensi untuk masing-masing kategori, biar saya coba hitung ulang secara manual.
-
Hadi Sugiyanto, di/pada Mei 9th, 2009 pada 3:34 pm
Terima kasih responnya Pak Junaidi,
Berikutnya saya berikan frekuensi dari hasil yang saya hitung yaitu :
katagori frekuensi
1 0
2 0
3 40
4 61
5 15
sehingga total respondennya 116 .
Demikian, saya sangat berterima kasih kepada Bapak dapat memberikan solusi yang lebih.
Jawab:Sengaja saya postingkan satu tulisan mengenai perhitungan manual untuk menjawab pertanyaan ini. Silakan klik disini
-
Fadli Reza, di/pada Agustus 3rd, 2008 pada 12:44 pm
wah.. saya benar-benar berterimakasih atas ulasan Bapak yang detail ini. Saya tidak mengira kalau pertanyaan saya akan dibalas bapak dengan 1 halaman tulisan baru..
Sekali lagi terimakasih Pak
-
Erlangga Putra, di/pada Agustus 3rd, 2008 pada 7:04 pm
Salam kenal dengan Pak Junaidi..
Saya sangat tertarik dengan method of succesive interval, karena berkaitan dengan TA saya.
Saya memiliki beberapa pertanyaan,semoga bpk dapat membantu saya.
1. Pak kalau skala ordinalnya ada satu nilai yang tidak diisi,apakah berpengaruh thd transformasi skala intervalnya?.Karena hasil kuesioner saya ada beberapa nilai skala yg tidak ada.
Contohnya dari skala 1-4, ada nilai yang terkumpul di skala 3 dan 4. Sehingga nilai 1 dan 2 frek. nya = 0, nah apabila ada nilai 0,untuk mencari nilai Z akan menghasilkan #Num, dan bila dikosongkan baru ada nilainya. Namun dengan proporsi=0 menghasikan z_*val = 0,399. Nilai tsb sama dengan proporsi 0,5 yang juga nilainya = 0,399. Menurut bapak bagaimana mengatasi masalah tersebut?. Jadi apakah metode MSI harus semua nilai skala terisi?.
Saya telah mencoba cara bpk..,sangat bermanfaat sekali.Terima kasih Pak.Hanya masalah pada frek yg nilainya =0 karena tidak dipilih oleh responden pada kuesioner saya. Jadi saya menghitungnya dengan menghilangkan nilai #num & Div/0! dan diganti dengan 0. Saya menghitungya secara manual dan disamakan dengan excel. Tapi saya masih ragu.jd mohon bantuannya dari bpk. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih.
Jawab:Maaf, agak lambat merespons. Kebetulan ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Mengenai ada kategori yang kosong, dalam tulisan saya sebelumnya memang tidak bisa dihitung. Tapi dalam tulisan berikut ini, saya sudah mengembangkan rumusnya sehingga bisa dihitung secara otomatis. Silakan lihat tulisan mengenai “Transformasi Data Ordinal ke Interval dengan Excel (Kasus Kategori Tidak Terisi). Mudah-mudahan bisa membantu.
-
notwelldefined, di/pada Agustus 5th, 2008 pada 6:02 pm
terima kasih, informasi ini sangat berguna pak. pusing sama data skala likert yang susah dianalisis…
sekedar nambahin dikit. di G4, kita bisa ganti dengan fungsi =normsdist(F4).
fungsinya sama, untuk mencari nilai pdf dari F4.
salam.
-
notwelldefined, di/pada Agustus 5th, 2008 pada 6:24 pm
eh salah dink pak.
diralat nih,
biar tidak jadi kumulatif, fungsinya
=normdist(0,1,0)
nilai 0 di parameter terakhir menunjukkan fungsinya pdf dan bukan cdf.
mudah2an bener…
-
notwelldefined, di/pada Agustus 5th, 2008 pada 6:38 pm
salah lagi…ralat lagi ah…
yg bener:
=normdist(f4,0,1,0).
Jawab:Terima kasih. Saya baru periksa, ternyata memang ada fungsi di Excel untuk mencari fungsi padat probabilitas. Yap, ini benar. Sekali lagi terima kasih. Tulisan diatas saya koreksi, biar jadi lebih mudah mengolahnya. (Junaidi)
-
andrye, di/pada Januari 16th, 2009 pada 3:59 am
jika saya menggunakan formula pada excel pada saat meng-input data, data itu memang kosong (tdk terdapat data) pada sel formula pasti akan muncul #DIV/0! gimana cara menghilangkan tanda #DIV/0! ini menjadi nilai 0. Trims
Jawab:#DIV/0! muncul jika suatu angka dibagi dengan 0. Untuk menghilangkannya dan menjadikannya nol, bisa dengan menggunakan fungsi IF. Misalnya jika angka yang akan dibagi terletak di sel A1 dan pembaginya (angka 0) terletak di sel B1, maka bisa dibuat rumus sebagai berikut:
= IF(B1=0,0,A1/B1)
Ok. Selamat mencoba
-
bintari, di/pada Februari 4th, 2009 pada 3:46 am
thanks banget pak… sangat membantu dalam tesis saya….
-
eko, di/pada Februari 28th, 2009 pada 1:09 am
tulisan nya sangat membantu, tapi saya belum memiliki program succesive interval untuk excel nya. Bisa tolong dikirimkan program tersebut ke email saya tidak? terima kasih
Jawab:Succesive interval bukan program. Tahapan-tahapan pengerjaannya di Excel sudah saya berikan dalam bebeberapa tulisan di blog ini. Silakan dibaca-baca
-
Warna warni CD, di/pada Maret 13th, 2009 pada 3:01 pm
blog yang sangat bermanfaat. saya sedng membutuhkannya. boleh singgah kemari lagi ya Da. Terima kasih.
Jawab:Silakan. Terimakasih sudah berkunjung
-
marsel, di/pada Mei 5th, 2009 pada 5:24 am
pak saya boleh bertanya??
kalo data saya bebas dan terikatnya ordinal, dua2ny harus ditransformasi dlu ya??
terus uji statistiknya pake uji apa ya?
trims
Jawab:Tidak harus, tergantung persyaratan alat ujinya harus data interval atau bukan ? Kalau harus interval, yang memang di transformasi dulu. Kalau tidak, ya tidak perlu. Pemilihan alat uji tidak hanya tergantung pada skala data, salah satunya juga pada masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian
-
ning, di/pada Mei 12th, 2009 pada 7:32 am
makasih, bener2 ngebantu sy
-
Nora, di/pada April 18th, 2009 pada 3:13 am
MOhon bantuannnya…saya berencana menggunakan regeresi log untuk skripsi…tapi agak terkendala dalam penentuan variabel terikat..apa variabel terikat itu bisa lebih dari 2 ya????variabel terikatnya semua prduk pada suatu perusahaab perbankan,apa hasilnya nanti bagus ya/???
terimakasih atas bantuan anda,saya sangat berharap
Jawab:Maksudnya variabel terikat lebih dari dua itu, kategorinya apa jumlah variabelnya ? Kalau jumlah variabel ya tidak bisa. Dalam persamaan regresi, variabel terikat hanya 1
Kalau kategori variabel terikat lebih dari dua (skala ordinal atau nominal), ya bisa. Kalau skala ordinal, kita menggunakan regresi ordinal logit. Kalau skala nominal, kita menggunakan multinomial logit.
-
ayla, di/pada April 23rd, 2009 pada 3:52 am
salam!pak kalo regresi linier berganda dan logit menggunakan variabel dummy cara menginputnya ke minitab bagaimana ya,pak!saya minta bantuannya ya,pak! saya lagi penelitian. terimakasih banyak,ya,pak!
Jawab:Sepertinya sudah ada penjelasan dalam tulisan diatas. Atau bisa diperinci lagi maksud pertanyaannya ?
-
Andi, di/pada April 23rd, 2009 pada 4:32 am
Pak..apa ada penjelasan tentang penggunaan multinomial logit? Mohon sekiranya ada dibahas pak..
Terima kasih
Wassalam
Jawab:Insya Allah, jika ada waktu akan dibahas. Terimakasih sarannya
-
rafaina, di/pada April 24th, 2009 pada 2:55 am
salam, pak apa ada penjelasan mengenai cara membaca output regresi logistik ini jika peubah bebasnya ada yang tipe numerik (bukan nominal ataupun ordinal),
terima kasih, wassalam.
Jawab:Coba lihat cara interpretasi variabel umur pada tulisan diatas.
-
IFA, di/pada Mei 16th, 2009 pada 2:55 pm
pak klo misalnya pake regresi logistik dan salah satu variabel terikat ada dalam bentuk jutaan, apa boleh di Ln kan??sedangkan variabel yang lain sudaha dalam bentuk rasio…terimakasih.
Jawab:Boleh kok, tidak ada masalah. Hanya saja, seringkali besaran angka antar variabel jauh berbeda (dan kalau di Ln kan juga akan menghasilkan besaran yang jauh berbeda), koefisien regresi yang kita dapatkan bisa sangat kecil sekali (sering tidak muncul angkanya dalam output, misalnya keluar koefisien 0.0000). Tentunya sulit untuk menginterpretasikannya
-
guspur, di/pada Juni 29th, 2008 pada 6:06 pm
pak maaf ini info berguns sekali, tp saya minta downlodan minitab nya pak bisa pak, tolong punten kirim ke email sy alamatnya
Jawab:Maaf, saya tidak bisa mengirimkannya. Selain ukurannya besar (75 MB sudah dizip), saya juga tidak punya hak untuk mendistribusikannya (takut kena sweeping he he he). Tapi kalau mau mendownload yang versi trial 30 hari silakan masuk ke http://www.minitab.com.
-
rio, di/pada Juli 29th, 2008 pada 6:17 pm
pak saya masih bllm ngerti mengubah data ordinal ke data interval dengan menggunakan skala likert. bisa menggunakan excel atau ada program yang bisa mengconvert data ordinal ke MSI. sebelumnya terima kasih
Jawab:Bisa. Silakan lihat dua tulisan saya di blog ini mengenai transformasi data ordinal ke interval dengan Excel. (Junaidi)
-
rio, di/pada Juli 30th, 2008 pada 2:35 am
pak perintah ini ko error %d:\konverum3.txt kenapa?atau pada step 5 ga bisa jalan knp?thax…
Jawab:Ada yang kurang dari perintah tersebut, yaitu tanda. Seharusnya %’d:\konverum3.txt’. Tapi kalau maksudnya setelah tampilan data display seperti diatas ada tulisan “* ERROR * No data in column. * ERROR * Extra line encountered: store c100 c101.” itu tidak apa2. Perhitungan kita sebenarnya sudah selesai di tampilan data display.(Junaidi)
-
Putu, di/pada April 27th, 2009 pada 4:13 am
Pak, kalau boleh tanya di sheet session saya muncul kata-kata ini:
* NOTE * Arithmetic fault, MISSING returned 1 times. Value out of bounds.
Kemudia di worksheeet ga berubah angkanya setelah transformasi. Kira-kira kenapa ya Pak? Terimakasih
Jawab:Kalau tulisan * NOTE * Arithmetic fault, MISSING returned 1 times. Value out of bounds. tersebut tidak masalah, karena tidak mengganggu hasil perhitungan kok (saya juga tidak tahu kenapa itu muncul). Tapi hasil perhitungannya, ketika dihitung ulang secara manual, tepat kok.
Kenapa angkanya tidak berubah ? Kemungkinan datanya hanya ada dua kategori. Kalau hanya dua kategori, memang tidak akan berubah
-
Lala, di/pada Agustus 14th, 2008 pada 2:50 am
Assalamu’alaikum wr wb.
Ma’af Pak saya mau tanya nih tentang variabel penelitian saya.
1. Dalam penelitian saya menggunakan variabel pendapatan dan pengeluaran perbulan. Kemudian opsi jawabannya berupa a. kurang dari 1 juta b. 1 – 1,5 juta c. 1,5 – 2 juta d. lebih dari dua juta. Apakah ini bisa digolongkan skala ordinal? Kalau tidak bagaimana caranya agar data tersebut menjadi skala ordinal.
2. Kalau variabel pendidikan terakhir, misalkan dengan opsi jawaban: a. SD; B. SMP; C. SMA; D. DIPLOMA/S1/S2/S3. Maka termasuk skala ordinal nggak Pak? Kalau nggak termasuk skala apa?
Demikian pertanyaan dari saya. TErima kasih atas jawaban yang diberikan. Oia Pak kalau bisa tolong jawabannya dikirimkan via email.
Jawab:1. Kalau dikelompokkan seperti itu, maka variabel pendapatan dan pengeluaran tersebut sudah merupakan data skala ordinal. Tapi yang perlu menjadi catatan adalah, aslinya variabel pendapatan dan pengeluaran tersebut kan sudah skala interval/ratio. Kenapa harus diordinalkan ? Yang perlu diperhatikan adalah, semakin tinggi skala pengukuran, maka semakin baik pengukuran tersebut dan semakin baik juga alat analisis yang dapat digunakan. Jadi merubah data dari skala interval/ratio ke skala ordinal, sama dengan pemborosan/mubazir.
2. Ya, benar. Variabel pendidikan terakhir tersebut merupakan skala ordinal. (Junaidi)
-
Lala, di/pada Agustus 19th, 2008 pada 6:23 am
Assalamu’alaikum wr wb,
Terima kasih Pak atas jawaban sebelumnya Pak, tapi memang tujuan saya memang untuk membandingkan analisis kluster dengan menggunakan data nonmetrik. Oia Pak, saya mau bertanya lagi:
1. Adakah metode transformasi data nominal ke ordinal?
Terima kasih atas jawabannya.
Jawab:Kayaknya nggak ada tuh. Karena data nominal sebenarnya adalah data kualitatif yang diberi simbol. Tidak mungkin diordinalkan (diperingkatkan). Tidak mungkin misalnya untuk contoh data nominal jenis kelamin: laki-laki (misalnya diberi simbol 1) dan perempuan (diberi simbol 2), kemudian diordinalkan. Kemungkinan yang bisa adalah, kita mencari karakter tertentu dari kedua simbol nominal tersebut. Misalnya kita ukur tingkat kepedulian antara laki-laki dan perempuan terhadap suatu persoalan.
-
Lala, di/pada Agustus 20th, 2008 pada 12:43 am
Ma’af Pak Jun, maksud saya kemarin transformasi data nominal ke interval, ada metode transformasinya nggak Pak? Terima kasih atas jawabannya.
Jawab:Kalau dari nominal ke ordinal tidak mungkin. Maka lebih tidak mungkin lagi dari nominal ke interval. Ingat, skala interval lebih tinggi dari ordinal. Junaidi
-
nina, di/pada Agustus 25th, 2008 pada 8:10 am
Assalamu’alaikum wr wb.
pak, saya mau tanya.. untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang itu apa perlu skala juga? kalau perlu apa jenis skala tersebut?
misalnya saya akan membuat kuesioner berisi 20 pertanyaan, setiap pertanyaan memiliki 1 jawaban yang tepat dari pilihan jawaban yang disediakan. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Bagaimana saya bisa memasukan kategori tingkat pengetahuan responden tersebut menjadi ‘tingkat pengetahuan baik’, tingkat pengetahuan cukup’, atau ‘tingkat pengetahuan kurang’.
Saya pernah membaca skala guttman atau skala likert, dimana jenis pertanyaannya ialah memilih antara setuju atau tidak setuju, dan diberi skor 1 atau 0 pada setiap jawaban yang dipilih. Tetapi untuk jenis pertanyaan kuesioner saya, saya bingung termasuk jenis skala apa. Apakah hanya skala interval biasa?
Maaf ya pak kalau membingunggkan..Terima kasih atas jawabannya..
Wassalamu’alaikum wr wb.
Jawab:Kalau cara menentukan tingkat pengetahuan seseorang dengan menguji kemampuannya dan memberikan penilaian untuk setiap jawaban seperti itu, maka hasilnya adalah skala interval. Tapi kalau kemudian, nilai total jawaban masing-masing responden dikelompokkan (di range) atas tingkat pengetahuan baik (misalnya nilai 15 – 20), tingkat pengetahuan cukup (misalnya nilai 10 – 15) dan tingkat pengetahuan kurang (misalnya nilai kurang dari 10), maka hasilnya menjadi skala ordinal.
Demikian kira-kira jawabannya. Maaf terlambat merespons. Lagi ada beberapa kegiatan yang harus diselesaikan. (Junaidi)
-
Lala, di/pada Nopember 13th, 2008 pada 3:58 am
Assalamu’alaikum wr wb,
Ma’af Pak Jun, saya mau tanya. Kalau data ordinal tuh ada nilai min dan max nya nggak? Oia Pak saya sekarang sedang proses mengerjakan hasil penelitian dengan menggunakan analisis kluster dan data saya berupa data ordinal, yang saya tanyakan bagaimana caranya menentukan jumlah kelompok optimal? karena kalau pakai dendogram sulit untuk menentukan jumlah kelompok optimal (100 obyek).
Demikian pertanyaan dari saya, kalau bapak berkenan mohon di jawab via email. Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya.
Jawab: Tidak ada ketentuan baku mengenai nilai minimum dan maksimum dari data ordinal. Jumlah kelompok untuk data ordinal ditentukan secara subjektif, dan disesuaikan dengan jenis data serta bidang keilmuannya.
Analisis kluster pada dasarnya dapat dibagi dua yaitu kluster (pengelompokan) observasi dan kluster (pengelompokan) variabel. Yang mana mau dikerjakan ?
Metode kluster juga macam-macam, yang secara umum dapat dibagi atas metode hirarki dan metode non-hirarki. Yang mana mau dipakai ?
Saya pikir tidak sulit untuk menentukan jumlah kelompok optimal dengan dendogram untuk 100 obyek pengamatan. Coba gunakan SPSS, dengan menu Analysis Clasify, selanjutnya disitu ada beberapa pilihan metode untuk kluster yang bisa disesuaikan dengan jenis dan jumlah data kita. SPSS juga punya fungsi Help dan Tutorialnya, yang membantu kita memahami analisis kluster ini. (Junaidi)
-
Endang D Hendarin, di/pada April 1st, 2009 pada 6:22 am
Assalumuallaikum wr. wb.
Pak mau tanya nih,
1. “Hipotesis”untuk uji multivariat itu bgmana ? penulisannya digabung semua variabelnya, apa bisa dirinci per variabel ?
2. Ukuran kategori baik, sedang dan kurang selain mengacu kpd nilai mean dan median, untuk ukuran yg fixed misalnya baik > 8 pertanyaan, sedang 6 – < 8 dan kurang < 6, ada sumber yang jelas apa tidak ?
Demikian pertanyaan dari saya, kalau bapak berkenan mohon di jawab via email. Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya.
-
dian, di/pada April 3rd, 2009 pada 10:04 am
pak,saya ingin menanyakan soal karakteristik dari skala interval,ordinal dan rasio,beserta contohnya.
makasi pak…
Jawab:Bukankah sudah cukup jelas karakteristik dan contohnya dari tulisan di atas Mbak? Atau mungkin bisa lebih dispesifikkan lagi pertanyaannya ?
-
v, di/pada April 17th, 2009 pada 5:25 am
saya mo’ nanya… kuesioner saya menggunakan pilihan jawaban seperti “tidak setuju”, “netral” dan “Setuju”, apakah itu termasuk skala ordinal
dan apakah skala ordinal bisa di analisa dengan menggunakan metode regresi…??soalnya skripsi teman2 terdahulu sperti itu…dan saya bingung ketika dosen pembimbing saya bilang skala ordinal tidak bisa menggunakan metode analisis regresi… pa yang harus saya lakukan… saya ingin mencari pengaruh / atau ada tidaknya pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat… kata teman saya bisa saja dengan menggunakan skala likert… artinya jawaban responden di berikan peringkat.. baru di regresikan… terima kasih…
Jawab:Benar, pilihan jawaban tersebut termasuk skala ordinal. Skala ordinal bisa diregresikan. Jika skala ordinal terletak di variabel bebas (independent) bisa dijadikan variabel dummy. Jika skala ordinal terletak di variabel terikat (dependent) bisa menggunakan regresi ordinal logit.
Tapi menurut saya kalau skala ordinalnya adalah skala likert seperti itu, sebaiknya jangan dipaksakan menggunakan regresi. Banyak alat analisis untuk melihat hubungan pada statistik non-parametrik yang lebih sesuai. Kalau dipaksakan menggunakan regresi untuk skala likert, interpretasi hasilnya seringkali membingungkan/susah untuk dimaknai.
-
kartika, di/pada April 17th, 2009 pada 1:36 pm
maaf pak, saya mau tanya tentang pengukuran tingkat pengetahuan akseptorKB.TRIMA KASIH
Jawab:Umumnya untuk pengukuran pengetahuan kita bisa menggunakan skala Likert, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai aspek pengetahuan KB, kemudian memperingkat jawaban responden berdasarkan skala Likert.
-
Ketut Yudiana, di/pada April 27th, 2009 pada 10:02 am
pak, saya sedang melakukan penelitian tetang tingkat pengetahuan pasien, saya perlu skala yang dapat digunakan unutk menyatakan bahwa tingkat pengetahuan pasien tinggi, sedang atau rendah dengan kuisioner. Bapak punya tidak sumber buku yang menyatakan skala skala tersebut, trima kasih pak sebelumnya
Jawab:Biasanya penetapan skala pengetahuan responden tergolomg tinggi, sedang, rendah ditetapkan oleh peneliti melalui definisi operasional variabel dalam penelitian. Untuk mendukung penetapan tersebut, peneliti merujuk pada hasil-hasil penelitian orang sebelumnya yang senada dengan penelitian yang akan dilakukan. Jadi, coba cari hasil-hasil penelitian sebelumnya dulu
-
irin, di/pada Mei 17th, 2009 pada 6:56 am
ass. pak saya mau tanya. dalam penelitian saya untuk variabel x (nominal) dengan skala guttman dan variabel y (ordinal) dengan skala likert. apa harus di transformasi dari data nominal ke ordinal?? saya bingung cara mengolahnya. tolong minta bantuannya. terima kasih!! Wassalam
Jawab:Tidak perlu ditransformasi datanya. Ada beberapa peralatan statistik yang cocok untuk skala data semacam itu. Silakan dibaca buku-buku mengenai statistik non-parametrik. Sebagai pengantar kepemahaman statistik non-parametrik ini, bisa dilihat pada beberapa tulisan saya diblog yang lain, diantaranya: (silakan klik di bawah ini)
Pemahaman Dasar Statistik Non-Parametrik
Model-Model Analisis Statistik Non-Parametrik
Statistik Uji Kruskal-Wallis
Korelasi Peringkat
Korelasi Peringkat dengan SPSS
Prosedur Uji Chi-Square
Chi-Square dengan SPSS